Saturday, March 3, 2007

MENANTANG KEMATIAN

Belakangan ini saya jadi sering berpikir –padahal saya jarang berpikir- tentang artinya hidup. Karena belakangan ini saya sudah sering “mati” [benar benar mati dan bingung mau hidup] alias kehilangan semangat hidup dan entah mau dibawa kemana hidup ini. Kalau mau dirunut ternyata saya kehilangan target hidup yang ingin dicapai. Entah apa yang membuat saya tidak mau memiliki target hidup atau takut membuat banyak aturan tentang hidup saya, takut menghadapi kegagalan dari banyaknya target dalam hidup atau memang saya takut hidup.

Kemudian sahabat saya menelepon sambil menangis bahwa dia sedang teringat ibunya yang telah meninggal 3 tahun yang lalu. Saat itu saya bingung, lha meninggalnya aja 3 tahun lalu, kok nangisnya baru sekarang? Karena yang saya tahu sahabat saya adalah orang yang tegar dan tidak selemah ini. Karena saat kematian ibunya, sayalah yang menangis dan dialah yang memeluk dan bilang pada saya bahwa hanya satu di dunia ini yang pasti, mati, dan jangan pernah menangisi mati. Entah dia bilang begitu karena saat itu di otak saya hanya terpikir tiga kata saja: Saya takut mati! Atau karena dia berusaha menegarkan diri. Karena setahu saya hanya satu di dunia ini yang pasti, bahwa gak semua cowok suka cewek. Lalu saya habiskan beberapa menit itu dengan diam dan membiarkan dia menangis hingga bilang, “i’m okey, thanks kit”. Dan belum sempat saya menjawab, penyakit lama saya kambuh lagi: Migrain, karena otak saya tiba tiba kembali hanya terpikir tiga kata saja: Mati, Mati, dan Mati.

Secara egois saya selalu berpikir bahwa saya harus mati lebih dulu dari sahabat-sahabat saya dan pastinya dari keluarga saya. Saya ingin lebih banyak yang menangis ketika saya pergi. Namun saya sadar bahwa itu hanya alasan sebuah ketakutan saya akan sebuah kehilangan. Saya miris dan selalu hampir menangis ketika saya harus membayangkan saya harus kehilangan orang yang saya cintai. Ngilu membayangkan bagaimana saya harus berupaya tegar ketika orang yang paling saya cintai di dunia ini, ayah saya, suatu hari harus diambil pergi. Harta saya. Dan alasan terkuat untuk membuat saya tetap tidak operasi jakun karena saya yakin betapa akan hancur hatinya nanti. Ingin rasanya cinta yang terlalu besar ini terbagi-bagi agar nanti saya punya alasan kuat untuk tetap tegar berdiri.

Saya, Hidup, dan Takdir Hidup Saya

Hidup mengajari saya untuk menghormatinya. Saya menghormati hidup karena hidup menghormati saya dengan memanfaatkannya. Jadi untuk sementara ini saya sedang ingin memaknai hidup lebih baik lagi. Betapa tingkah laku saya yang menyebalkan dan serabutan ini masih perlu banyak perbaikan. Betapa masih banyak dendam yang saya pendam dan kubur dalam-dalam untuk diikhlaskan. Dan betapa saya masih punya banyak orang yang mungkin tak akan pernah suka pada perilaku setan yang saya lakukan.

Saya teringat akan film terakhir yang saya tonton bersama teman-teman saya. Death Note. Film korea yang aneh tapi membuat saya belajar lebih banyak mengenai kematian dan penghargaan terhadap hidup. Alkisah seorang pemuda bernama Light menemukan sebuah catatan milik Shinigami yang diceritakan sebagai sosok malaikat kematian. Rupanya catatan tersebut dapat membuat orang mati ketika kita membayangkan wajah dan menulis nama orang dalam catatan yang disebut “death note” tersebut. Konflik moral terjadi ketika Light yang awalnya berniat baik dengan berpikir membunuh para penjahat-penjahat keji menjadi mesin pembunuh orang-orang yang tidak ia sukai dan dianggap dapat menghalangi tujuan utamanya menjadi seorang penegak hukum. Bahkan dia rela menuliskan skenario kematian kekasihnya sendiri dalam death note menjadi drama pembunuhan tragis yang akhirnya membuatnya selangkah lebih dekat dengan ambisi pribadinya yang egois.

Pada awalnya saya mengutuk habis-habisan kelakuan Light, namun akhirnya saya lebih mengutuk Shinigami yang menurut saya adalah biang keladi yang hanya memanfaatkan Light untuk menuliskan nama-nama pada buku kematiannya. Dalam ceritanya, Shinigami memiliki kemampuan melihat umur manusia dan waktu kematiannya –seperti video klip Saving Me dari Nickelback-. Nah... jika Shinigami tahu waktu kematian para korbannya, sebenarnya Light bukanlah pembunuh, tapi hanya menjalankan takdir bahwa orang yang yang dibunuhnya memang harus mati karena takdirnya ditulis dalam buku tersebut. Menarik. Seperti pada cerita Doraemon –film favorit sepajang jaman-, takdir tidak dapat diubah, karena ketika mereka mencoba mengubahnya lewat mesin waktu, malah merekalah yang terjebak untuk ikut membuat sejarah tersebut terjadi karena adanya usaha untuk mengubah takdir.

Rumit. Tapi pada hikmah yang dapat saya simpulkan dari otak minimalis ini adalah jangan pernah sekali-kali berharap dapat “death note”. Tidak ada manusia yang tidak dicintai orang lain. Coba bayangkan orang orang yang mungkin akan kehilangan orang yang dicintai hanya karena kita menakdirkan seseorang untuk mati karena ditulis dalam catatan kematian tersebut. Belum lagi kalau sampai salah orang. Perdamaian itu tidak hanya terwujud karena penjahatnya pada mati. See..! Saya bayangkan jika orang yang terpilih mendapatkan death note adalah saya. Mungkin saya tidak cuma butuh satu death note, karena akan begitu banyak nama-nama orang yang pastinya akan saya tulis di sana. Perilaku setan saya yang iri dan gampang dengki ini sudah dipastikan akan memberikan sumbangsih besar bagi negara ini karena berhasil menurunkan kepadatan penduduknya. Misalnya, saya nggak suka situ karena situ lebih kaya dari saya, cateeeettt. Terus saya juga nggak suka sama sono karena sono lebih imut dari saya, catet juga yuuukkk...! Dan itu bisa dipastikan tidak akan berhenti hingga cuma saya yang hidup di dunia ini. Kalau sampai Shinigami begitu kurang ajarnya mengamanahkan buku itu pada saya. Saya bulatkan untuk menolak mentah mentah buku tersebut. Karena bukannya tidak sanggup, saya tidak mau.

Lain halnya jika saya kejatuhan rejeki dengan diberi mukjizat sebuah catatan yang bisa membuat orang yang saya tulis namanya dicatatan tersebut jadi homo. Huaaaa...saya dipastikan rela musti harus menangis darah dan mengemis-ngemis pada iblis untuk mendapatkannya. See..! Karena saya yakin akan satu hal bahwa membuat orang menjadi homo adalah busuk, tapi membunuh orang hanya karena kita merasa bahwa kitalah yang berhak memutuskan bahwa dia harus mati hingga mematikan kesempatannya untuk bertobat dan menyesali dosa-dosanya, itu jauh lebih busuk.

Hidup Abadi Ala Mak Lampir

Ada kalanya kita harus bersyukur karena dipastikan mati. Dalam hati kecil saya, saya memang belum siap untuk mati. Saya belum punya banyak bekal untuk tujuan akhir dunia ini. Dan saya masih belum belajar bagaimana hidup yang baik itu harus saya penuhi. Banyak hal yang membuat saya musti harus legowo jika tiba saatnya hidup merasa saya sudah cukup untuk memanfaatkannya. Jika suatu hari nanti iblis menawarkan jatah hidup yang abadi seperti Mak Lampir pada saya, saya akan menolak mentah mentah tawaran tersebut. Karena bukannya tidak mau, saya tidak sanggup.

Merinding membayangkan sebuah kematian. Karena setelahnya pilihannya cuma ada dua. Surga dan Neraka. Hidup itu amanah. Anugerah paling indah dimana kita diberi kesempatan merasakan kasih sayang, cinta, dan berbagai hal-hal luar biasa. Tapi terlalu egois jika kita hanya diberi kesenangan bukan. Mati adalah kontrol yang tepat untuk kita merasakan hal-hal indah menjadi lebih bermakna. Bahwa penderitaan hanya bersifat sementara. Maka buatlah hidup ini berharga.

Jangan pernah terlalu mencintai hidup hingga berharap menjadi abadi. Itu sama saja berharap memperpanjang catatan-catatan dosa yang akan kita lakukan nanti. Hidup dengan masa yang terbatas memaksa kita memanajemen hidup untuk menjadi orang berkualitas. Saya teringat dengan kata-kata bijak yang diucapkan oleh adik saya, “Jika takut mati ya... jangan hidup mas, tapi kalo takut hidup ya... mati saja!”.

[Qt.]

10 comments:

  1. duh... okit lagi serius ne... kliatannya. Ups mingkem kit, jo ketawa-ketiwi dulu. wah komen pertama neh... kit

    ReplyDelete
  2. salah nih, gak mungkin okit..
    hayo ngaku..
    siapa kamu..??!!

    ReplyDelete
  3. jadi inget kyt, ada yang menantang kematian waktu di bogor..
    Perjalanan ke curug nangka...
    merdeka kyt!!!!!!

    ReplyDelete
  4. huaaa..
    mas kasem apa maksudna..
    itu kan cerita lama..

    waktu masih jengkel bin dongkol ma komunitas bernama "makhluk bengkel"

    O iya..
    sekarang lagi ngubah image ni..
    hueeeheee..
    bosen ma yang model model lama..

    ReplyDelete
  5. ngubah image?ato ngubah penampilan, katanya mo operasi plastik buat ngilangin jakun. eh salah ya harusnya di tulisan yang lain komen kayak gininya. haha...

    ReplyDelete
  6. two thumbs up
    Aq suka sama tulisanmu yang ini Kit..
    Daleeemm...

    ReplyDelete
  7. hidup hanya sekali...
    akan lebih indah jika kita tau bagaimana cara hidup dan melewati hidup itu...
    dont worry bro.. you're not alone....

    ReplyDelete
  8. @SayPhya
    keinget kata kata terakhir di buku kenangan STM dulu, neng...
    lalu kata kata ajaib bertuliskan setegar batu karang... --duh..
    (mewek)

    ReplyDelete
  9. Perasaan Death Note itu Japanese Manga deh say *gag penting banget hehehe*

    -Letty-

    ReplyDelete
  10. ada pilemnya..
    --malah baru tahu kalo ada buku komiknya...
    huahahah...
    --jeleger..

    ReplyDelete

About This Kriminal

saya tidak pernah bermaksud untuk menggurui atau mendoktrin siapapun karena saya tidak hobi berperilaku untuk membentuk sebuah kepercayaan baru. saya adalah seorang pembelajar. superhuman. sama sama mencoba mengingatkan bahwa setiap manusia dianugerahi nalar, akal, dan pikiran yang tidak hanya sekedar untuk dijadikan pajangan.

::..

jika saya salah, mohon untuk diingatkan. saya akan mencoba untuk bisa menemukan pemikiran yang sejalan.

::..

banyak banyak terima kasih saya sampaikan untuk anda yang sempat membaca. berani mencela. atau sekedar tertawa. dan saya tutup narasi ini dengan ajakan untuk kita sama sama memberikan banyak warna pada dunia.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP