Saturday, March 3, 2007

SETABAH TONG SAMPAH



Bulan ini saya benar benar letih dan sakit. Letih pikiran dan sakit hati yang bertubi tubi. Saya sudah usahakan untuk tetap tak memperlihatkan kejengkelan saya yang sudah siap meledak lagi. Karena saya tahu itu semua tidak akan menyelesaikan masalah dan hanya akan membuat saya makin sakit hati. Saya baru kehilangan kawan saya yang hampir saya sebut sebagai sahabat. Lagi.


Begitu tega mantan kawan saya itu menusuk saya dari belakang –walau saya sebenarnya suka ditusuk untuk urusan yang lain- setelah saya selalu ada untuk mendengar apa yang dia sebut curhat dan amarah lalu meninggalkan saya yang hanya jadi mirip tong sampah. Saya memang pendengar yang baik, tapi “hallooo...?” saya juga butuh dihargai. Bukan untuk dikhianati. Lagi. Dan bodohnya. Butuh waktu lama untuk mengetahui bahwa saya ini cuma jadi tong sampahnya.


Berikutnya saya hampir berniat mencari alamat toko nuklir terdekat di halaman yellow pages berharap bisa membeli beberapa granat aktif untuk membalas dendam. Tapi kalau dipikir pikir yasud, mungkin ini cuma hukum timbal balik saja –yang oleh orang budha disebut hukum karma- bahwa saya dulu secara tidak sadar juga pernah melakukan hal serupa kepada orang yang hampir mengganggap saya adalah sahabatnya. Atau hanya nasib sial saja bertemu orang model begini. Jadi akhirnya saya hanya memutuskan untuk mencari alamat toko alat alat berat saja. Mungkin efeknya hanya sampai membuat koma dan tidak sampai menyebabkan kematian. Lho..?



Saya dan Tong Sampah


Tiba tiba saya sadar bahwa ternyata dalam hidup saya selama ini saya sudah expert di bidang persampahan. Berkali kali saya dapat peran ini dan saya begitu menikmati. Jadi tong sampah sebenarnya nyaman juga. Walau sering dianggap kotor, tak bernilai dan hanya bergaul dengan kecoa dan tikus tikus jakarta –busyet... gede banget –sumpah—tapi menurut saya fungsinya jauh mulia. Coba kalo nggak ada tong sampah. Apa mau akibatnya kayak gunung sampah di Bandung. Berceceran tak karuan dan baunya sudah pasti busuknya –saya sendiri belum pernah membaui sampah di Bandung dan tidak ada niat untuk melakukannya-.


Menjadi tong sampah membuat saya belajar untuk tetap bersih. Bersih badan dan juga pikiran. Lewat “sampah” orang lain saya mulai belajar untuk mendaur ulang “sampah” mereka meski beberapa kali pikiran jahat saya bilang “Buka! Buka! Buka!” –maksud saya buka sampahnya biar terlihat dan tercium yang lain, bukan buka buka yang lain-. Saya juga punya hati nurani kok. Kalau main buka begitu mah... Apa bedanya saya dengan sampah mereka. Sama sama busuknya dong.



Tong Sampah Bilang: Lo Mau Jadi Gue...? Ambil!


Mungkin tong sampah memang bisa tabah. Lha mereka kan tidak punya hak menolak jadi penyimpan sampah. Coba kalau bisa bicara, –kebayang kalau mulutnya pasti bau naga- mereka pasti protes juga dan pilih pilih mana yang boleh dibuang ditempatnya. Sapa sih yang cuma mau menampung sampah orang lain saja. mengurusi “sampah” sendiri saja sudah bingung, apalagi mengurusi “sampah” orang lain.


Belajar sabar itu sulit, apalagi belajar untuk mengerti orang lain. Tong Sampah sungguh beruntung tidak diamanahi nurani oleh Sang Khalik. Belajar tabah untuk menjalankan fungsinya bergumul dengan sampah. Belajar ikhlas hanya dipandang sebelah mata. Belajar bijaksana bahwa tak banyak orang lain yang memahami fungsinya. Namun dibalik kotornya, si tong sampah mampu membuat bersih sekelilingnya.


[Qt.]

6 comments:

  1. saya lg mbayangin, waktu okit nulis ini... dia lg di depan kaca.. trus ngebayangin tong sampah... mirip kagak ya.. pikirnya.. wakakakkkkaaak...

    btw, tulisannya bagus kit..

    ReplyDelete
  2. kemarin yang ketemu aku siapa mas ya, okyt atau...?wah....????

    ReplyDelete
  3. kemarin yang ketemu aku siapa mas ya, okyt atau...?wah....????

    ReplyDelete
  4. wah.. orang orang tua emang ga pernah ngerti ma yang namanya perubahan..
    hmm..
    musti masi banyak berguru ni..

    ReplyDelete
  5. @ma2n: terlalu keren untuk ukuran tong sampah, jangan samain dunks...

    @kasem: salah liat kamu kas, itu kan tiang listrik, makanya pake kacamata jangan terbalik!

    (hihihi jaskiding)

    pa kabar?

    ReplyDelete
  6. Nice Touhgt okit...
    Wait your next article.

    ReplyDelete

About This Kriminal

saya tidak pernah bermaksud untuk menggurui atau mendoktrin siapapun karena saya tidak hobi berperilaku untuk membentuk sebuah kepercayaan baru. saya adalah seorang pembelajar. superhuman. sama sama mencoba mengingatkan bahwa setiap manusia dianugerahi nalar, akal, dan pikiran yang tidak hanya sekedar untuk dijadikan pajangan.

::..

jika saya salah, mohon untuk diingatkan. saya akan mencoba untuk bisa menemukan pemikiran yang sejalan.

::..

banyak banyak terima kasih saya sampaikan untuk anda yang sempat membaca. berani mencela. atau sekedar tertawa. dan saya tutup narasi ini dengan ajakan untuk kita sama sama memberikan banyak warna pada dunia.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP