Thursday, March 22, 2007

WANITA BERJAKUN

Suatu malam yang panas –Jakarta memang mahir membuat orang berkeringat meskipun ruangan sudah dipasang AC- di kos seorang kawan (tanpa AC) -pantas jika panas- saya dipaksa berkeringat menunggu kawan saya itu sedang melakukan perawatan wajah dengan alat kosmetik –lengkap- hanya karena ingin keluar makan malam di warung yang bukan remang remang. “Lama amat seh...? Bukannya kita cuma ke nasi gorang deket sini...!”, saya menggerutu karena hampir setengah jam saya menunggu. Kawan saya hanya bilang “Bentar lah... kita kan gak bakal tahu hari ini bakal ketemu sapa! Jadi musti jaga penampilan lah...!”. Busyet tuh orang, saya langsung lihat diri sendiri dengan perasaan minder. Harus saya akui kawan saya ini memang punya wajah di atas rata rata walaupun tanpa perlu melakukan perawatan wajah yang dibanggakannya itu. Dan saya sudah cukup sabar untuk tidak iri dan hampir membunuh dia ketika dia bilang, “Nah, sekarang bagian rambut...!”. Aarrggghhh....!



Metroseksual yang Homoseksual


Baru baru ini saya sedang akrab dengan istilah metroseksual yang menandakan saya sudah begitu jauh tertinggal jaman. Kalau kita runut lagi sejarah, sebenarnya ini hanya perbedaan istilah saja. Dari sejak jaman dinosauruspun –sayang dinosaurus tidak pernah meninggalkan fosil berupa alat alat kosmetik- sudah banyak kaum pria yang gemar bersolek (baca: sekedar ngaca dsb. –walau sayang dinosauruspun tidak pernah meninggalkan fosil kaca-), memakai wewangian, dan merawat tubuh yang secara mengakar kita anggap hanya sebagai kerjaan perempuan saja.


Merawat tubuh dan ingin terlihat baik di hadapan orang lain itu adalah fitrah manusia. Ya sah sah saja dong kalau mereka juga punya cara sendiri untuk mendapatkan yang mereka inginkan. Istilah metroseksual menurut saya terlalu ekstrim dan sesungguhnya hanya suatu bentuk kedengkian para anti kemapanan terhadap mode dan kebiasaan memanjakan diri warisan budaya aristokrat. Seperti kota London yang telah melahirkan aliran punk sebagai bentuk nyata protes anti metroseksual –pada saat itu belum ada istilah ini untuk pria pria yang gemar merawat diri- karena dianggap memalukan kodrat sebagai laki laki dan dianggap terlalu narsis. Padahal menurut saya narsis itu muncul dari perasaan bangga pada diri sendiri secara berlebihan. Emangnya anak punk gak bangga dengan gaya yang ada didiri mereka. Jadi ya sama sama narsisnya dong.


Rekan saya yang seorang metroseksual dan kebetulan juga homoseksual pernah bilang ke saya, “Saya itu kok ndak percaya ya dengan istilah metroseksual, kalau enggak memang orangnya homoseksual, ya nggak mungkinlah”. Saya yang pikirannya dangkal nggak ada isinya dan sok menggurui cuma bisa bilang, ”Masak sih mas? Bukannya itu emang udah fitrah... bla... bla... bla...”. Padahal dalam hati saya juga berharap yang dikatakan rekan saya itu memang benar. Tapi kalau melihat fakta bahwa pria tulen aja bisa jadi seorang homoseksual, apalagi seorang metroseksual. Tapi nggak mungkin juga kan tiba tiba jalan dan ketemu seorang metroseksual tiba tiba bilang, “Eh... Homo ya...?”. –bag... big... bug...-



Tong Sampah yang Bermartabat


Memang kita harus bijak memandang para pria metroseksual. Karena menurut saya, semua pria di dunia ini adalah metroseksual. Mana ada orang yang mau kelihatan buluk dihadapan orang lain. Itu pasti karena terpaksa saja.


Jadi nampaknya kita harus membuang anggapan bahwa indah dan berpenampilan menarik itu hanya milik kaum [perempuan saja. Sedangkan para prianya cuma boleh jadi tong sampah yang terlihat kotor. Berlagak tegar, kuat, harus terlihat lusuh, belepotan oli, dan hobi lihat wanita telanjang. Padahal metroseksual bukanlah paham baru yang harus kita tenggelamkan karena dianggap terlalu liberal untuk kaum pria. Merawat tubuh adalah fitrah manusia. Saya saja kalau ada uang dan kesampatan ya mau mau saja kalau disuruh merawat tubuh.


Tapi tidak dengan alih alih demi menjaga penampilan tiba tiba jadi seorang metroseksual yang ekstrim. Terobsesi memakai produk ini produk itu. Yang wajar sajalah jika ingin merawat tubuh dan penampilan. Kalau sampai harus pakai lipstik segala untuk menjaga penampilannya, waaah itu mah emang wanita yang kebetulan aja punya jakun.


[Qt.]

8 comments:

  1. jadi nebak-nebak nih..
    kira-kira siapa ya orang yang okit ceritain itu?
    someone i know kah?
    hehe...

    ReplyDelete
  2. kalo okit.. metroseksual... ato metromini sensual... wah... kabur jauh....

    ReplyDelete
  3. dari pada jakun berwanita?? hehehehehe

    salam kenal

    ReplyDelete
  4. komentar dulu ah sebelum baca

    ReplyDelete
  5. Metroseksual mah dah lewat Kit. Sekarang zamannya uberseksual (apaan tuh? Tanyakan pada Oom Google).

    ReplyDelete
  6. kit iya uberseksual skrg yang dah jaman.
    metrpseksual mah dah basi kali!!!
    siapa seh anak itu kit???
    rambut landak kah????

    ReplyDelete
  7. jangan2...itu kamu ?
    *sambil garuk2 kepala

    ReplyDelete
  8. Hmmm, CkCkCk
    Ternyata temen2 gw.....

    ReplyDelete

About This Kriminal

saya tidak pernah bermaksud untuk menggurui atau mendoktrin siapapun karena saya tidak hobi berperilaku untuk membentuk sebuah kepercayaan baru. saya adalah seorang pembelajar. superhuman. sama sama mencoba mengingatkan bahwa setiap manusia dianugerahi nalar, akal, dan pikiran yang tidak hanya sekedar untuk dijadikan pajangan.

::..

jika saya salah, mohon untuk diingatkan. saya akan mencoba untuk bisa menemukan pemikiran yang sejalan.

::..

banyak banyak terima kasih saya sampaikan untuk anda yang sempat membaca. berani mencela. atau sekedar tertawa. dan saya tutup narasi ini dengan ajakan untuk kita sama sama memberikan banyak warna pada dunia.

  © Blogger template 'Personal Blog' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP